ALUMNI SMA N1 SAROLANGUN

Jumat, 30 September 2011

CARA PINTAR BELAJAR MATEMATIKA

“Bagaimana cara belajar matematika yang benar?”
“Belajar matematika adalah belajar hidup. Matematika adalah jalan hidup.”
Trachtenberg mempertaruhkan jiwanya menentang Hitler. Trachtenberg, setelah menyelami prinsip-prinsip matematika, menyimpulkan bahwa prinsip kehidupan adalah keharmonisan. Peperangan yang terus berkobar, menyulut kebencian tidak sesuai dengan prinsip-prinsip matematika. Matematika adalah keindahan.
Atas penentangannya ini, Hitler menghadiahi Trachtenberg hukuman penjara. Bagi Trachtenberg, perjara bukan apa-apa. Di dalam penjara, dia justru memiliki kesempatan memikirkan matematika tanpa banyak gangguan. Karena sulit mendapatkan alat tulis-menulis, Trachtenberg mengembangkan pendekatan matematika yang berbasis mental-imajinasi.
Seribu tahun sebelum itu, AlKhawaritzmi mengembangkan disiplin matematika baru: aljabar. AlKharitzmi beruntung hidup dalam lingkungan agama Islam yang kuat. Ajaran Islam, secara inheren, menuntut keterampilan matematika tingkat tinggi. Misalnya, Islam menetapkan aturan pembagian waris yang detil. Pembagian waris sistem Islam melibatkan banyak variabel matematis. Variabel-variabel yang beragam ini menantang penganut Islam – termasuk AlKhawaritzmi – untuk mencari pemecahan yang elegan.
Pemecahan terhadap sistem persamaan yang melibatkan banyak variabel ini membawa ke arah disiplin baru matematika: aljabar. AlKhawaritzmi menulis buku khusus tentang aljabar yang sangat fenomenal. Buku yang berjudul Aljabar ini menjadi panutan bagi matematikawan seluruh dunia. Sehingga nama AlKhawaritzmi menjadi dikenal sebagai Aljabar AlKhawaritzmi (Algebra Algorithm).
Sistem kalender Islam yang berbasis pada komariah (bulan, lunar) memberikan tantangan tersendiri. Penetapan awal bulan menjadi krusial di dalam Islam. Berbeda dengan kalender syamsiah (matahari, solar). Dalam kalender syamsiah, kita tidak begitu sensitif apa berbedaan tanggal 1 Juni dengan 2 Juni. Tetapi pada sistem komariah, perbedaan 1 Ramadhan denga 2 Ramadhan berdampak besar.
Itulah sebabnya, astronomi Islam dapat maju lebih awal. Astronomi memicu lebih berkembangnya teori trigonometri. Aturan sinus, cosinus, dan kawan-kawan berkembang pesat di tangan para astronom Islam waktu itu.
Ajaran agama Islam adalah jalan hidup. Untuk bisa melaksanakan ajaran Islam diperlukan matematika. Matematika menjadi jalan hidup.
Sehebat itukah peran matematika?
Haruskah kita mengambil matematika sebagai jalan hidup?
Tidak selalu! Tidak semua orang perlu mengambil matematika sebagai jalan hidup. Tidak harus semua orang meniru AlKhawaritzmi dan Trachtenberg.
Beberapa orang belajar matematika hanya untuk kesenangan. Beberapa orang yang lain belajar karena kewajiban. Ada pula yang belajar matematika agar naik jabatan. Ada juga agar lulus UN, SPMB, UMPTN. Ada juga untuk menjadi juara.
Masing-masing tujuan, berimplikasi kepada cara belajar matematika yang berbeda. Misalnya bila Anda belajar matematika untuk kepentingan lulus UN, SPMB, UMPTN 2008 akan berbeda dengan belajar untuk memenangkan olimpiade matematika.
Matematika UN, SPMB, UMPTN 2008 hanya menerapkan soal pilihan ganda. Implikasinya Anda hanya dinilai dari jawaban akhir Anda. Proses Anda menemukan jawaban itu tidak penting. Jadi Anda harus memilih siasat yang cepat dan tepat.
Gunakan berbagai macam rumus cepat dalam matematika. Rumus cepat ampuh Anda gunakan untuk UN, SPMB, UMPTN. Tetapi rumus cepat matematika tidak akan berguna untuk olimpiade atau kuliah kalkulus kelak di perguruan tinggi. Anda harus sadar itu.
Contoh rumus cepat matematika yang sering (hampir selalu) berguna ketika UN, SPMB, UMPTN adalah rumus tentang deret aritmetika.
Contoh soal:
Jumlah n suku pertama dari suatu deret adalah Sn = 3n^2 + n. Maka suku ke-11 dari deret tersebut adalah…
Tentu ada banyak cara untuk menyelesaikan soal ini.
Cara pertama, tentukan dulu rumus Un kemudian hitung U11. Cara ini cukup panjang. Tetapi bagus Anda coba untuk meningkatkan keterampilan dan pemahaman konsep deret. Rumus Un dapat kita peroleh dari selisih Sn – S(n-1) .
Cara kedua, sedikit lebih cerdik dari cara pertama. Kita tidak perlu menentukan rumus Un. Karena kita memang tidak ditanya rumus tersebut. Kita langsung menghitung U11 dengan cara menghitung selisih
S11 – S10 = U11
[3(11^2) + 11] – [3(10^2) + 10]
= 3.121 – 3.100 + 11 – 10
= 3.21 + 1
= 64
Cara ketiga, adalah rumus matematika paling cepat dari kedua rumus di atas. Tetapi sebelum menerapkan cara ketiga, kita harus memahami konsepnya terlebih dahulu dengan baik.
Are you ready?
Bentuk baku dari n suku pertama deret aritmetika adalah
Sn = (b/2)n^2 + k.n
Un = b(n-1) + a
a = S1 = U1
Anda harus pahami konsep di atas dengan baik. Cobalah untuk beberapa soal yang berbeda-beda. Tanpa pemahaman konsep yang baik, rumus cepat ini akan berubah menjadi rumus berat.
Dengan hanya melihat soal (tanpa menghitung di kertas) bahwa
Sn = 3n^2 + n
Kita peroleh
b = 6 (dari 3 x 2)
a = 4 (dari S1 = 3 + 1)
U11 = 6.10 + 4 = 64 (Selesai)
Semua perhitungan di atas dapat kita lakukan tanpa menggunakan alat tulis. Semua kita lakukan hanya dalam imajinasi kita. Ulangi beberapa kali. Anda pasti akan menguasainya dengan baik.
Trik untuk menguasai rumus cepat matematika adalah kuasai pula rumus standarnya – rumus biasanya. Dengan menguasai dua cara ini Anda akan semakin terampil menggunakan rumus cepat matematika.
Bagaimana pendapat Anda?
Salam hangat….Selamat berjuang Kawan!

PROFIL KABUPATEN SAROLANGUN

Ketersediaan Lahan


Komoditi Luas Lahan/Potensi Sumber Data
Perkebunan
1 Karet Lahan yang Sudah Digunakan (Ha): 79042
Sumber Data:
Statistik Perkebunan 2008 - 2010
Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian
Jl. Harsono RM No.3, Gedung C Kantor Pusat Departemen Pertanian, Pasar Minggu - Jakarta 12550
Telp 021 - 7815380 - 4
Fax 021-7815586 021-7815486

Updated: 23-9-2008
2 Kelapa Lahan yang Sudah Digunakan (Ha): 566
Sumber Data:
Statistik Perkebunan Indonesia 2006-2008
Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan
Komp Deptan Gedung C Lt-III Ruang.307 Jl. Harsono R.M No. 3 Ps Minggu Jakarta Selatan 12550
Telp 021-7817693 021-7815380-4 Ext-4318
Fax 021-7815586 021-7815486

Updated: 23-9-2008
3 Kelapa Sawit Lahan yang Sudah Digunakan (Ha): 39460
Sumber Data:
Statistik Perkebunan 2008 - 2010
Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian
Jl. Harsono RM No.3, Gedung C Kantor Pusat Departemen Pertanian, Pasar Minggu - Jakarta 12550
Telp 021 - 7815380 - 4
Fax 021-7815586 021-7815486

Updated: 23-9-2008
4 Kopi Lahan yang Sudah Digunakan (Ha): 300
Sumber Data:
Statistik Perkebunan 2008 - 2010
Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian
Jl. Harsono RM No.3, Gedung C Kantor Pusat Departemen Pertanian, Pasar Minggu - Jakarta 12550
Telp 021 - 7815380 - 4
Fax 021-7815586 021-7815486

Updated: 23-9-2008
5 Nilam Lahan yang Sudah Digunakan (Ha): 30
Sumber Data:
Statistik Perkebunan 2008 - 2010
Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian
Jl. Harsono RM No.3, Gedung C Kantor Pusat Departemen Pertanian, Pasar Minggu - Jakarta 12550
Telp 021 - 7815380 - 4
Fax 021-7815586 021-7815486

Updated: 23-9-2008
Pertanian
6 Jagung Lahan yang Sudah Digunakan (Ha): 178
Sumber Data:
Statistik Perkebunan 2007 - 2009
Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian
Jl. Harsono RM No.3, Gedung C Kantor Pusat Departemen Pertanian, Pasar Minggu - Jakarta 12550
Telp 021 - 7815380 - 4
Fax 021-7815586 021-7815486

Updated: 23-9-2008
7 Ubi Kayu Lahan yang Sudah Digunakan (Ha): 154
Sumber Data:
Statistik Perkebunan 2007 - 2009
Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian
Jl. Harsono RM No.3, Gedung C Kantor Pusat Departemen Pertanian, Pasar Minggu - Jakarta 12550
Telp 021 - 7815380 - 4
Fax 021-7815586 021-7815486

seputar objek wisata kabupaten sarolangun jambi


Taman Nasional Bukit Dua Belas

Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK. No. 258/Kpts-II/2000, dengan luas 60.500 ha
Letak Kab. Soralangun Bangko, Kab. Batanghari, Kab. Bungo Tebo, Prop. Jamb
Temperatur Udara -
Curah Hujan -
Ketinggian Tempat 30 - 430 m dpl



Kawasan ini semula merupakan Cagar Biosfer Bukit Dua Belas yang ditunjuk berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 46/Kpts-II/1987 tanggal 12 Pebruari 1997 tentang Penunjukan Kawasan Hutan Propinsi Jambi seluas + 2.947.200 ha, diantaranya Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata seluas 602.000 ha, dimana kawasan cagar Biosfer Bukit Dua Belas termasuk didalamnya dengan fungsi HSAW seluas + 28.705 ha.
Dalam perkembangannya, pada sebagian Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Produksi Tetap disekitar Cagar Biosfer Bukit Dua Belas telah dicadangkan untuk beberapa kagiatan antara lain:

1.
Pembangunan HTI PT. Sumber Hutan Lestari dengan sistem tebang habis + 19.100 ha, dimana sebagian kawasannya adalah kawasan hutan produksi terbatas.
2.
Pembangunan HTI Rotan PT. Inhutani V seluas + 10.600 ha letaknya berbatasan langsung dengan Cagar Alam Biosfer Bukit Dua Belas, dan 500 ha diantaranya telah berupa tanaman rotan.
3.
PT. Limbah Kayu Utama (HTI-Pertukangan) seluas + 19.300 ha (SK Menhut No. 327/Kpts-II/1998 yang letaknya cukup jauh dari Cagar Biosfer Bukit Dua Belas.
4.
PT. Wana Perintis (HTI-Trans) seluas + 6.900 ha (SK. Menhut No. 781/Kpts-II/1996) telah ada pemukiman transmigrasi.
5.
Disamping itu terdapat juga kegiatan pemanfaatan kayu dengan IPK yang dikeluarkan oelh Kanwil Dephutbun Prop. Jambi.



Setelah Pencadangan tersebut muncul masalah dimana areal tersebut merupakan wilayah hak ulayat adat/wilayah pengembaraan Orang Rimba. Akibat konversi hutan alam menjadi Hutan Tanaman Industri yang menggunakan Sistem Tebang Habis dengan Permudaan Buatan, telah menyebabkan masyarakat Rimba kehilangan sumber daya alam yang menjadi sumber kehidupannya.
Kekhawatiran terhadap dampak negatif dari pembangunan HTI terhadap kehidupan masyarakat Orang Rimba, telah mendorong masyarakat Orang Rimba besama-sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk mengusulkan penghentian kegiatan pembangunan HTI menjadi perluasan Cagar Biosfir Bukit Dua Belas.
Menteri Kehutanan melalui Keputusan No. 781/Kpts-VIII/1999 tanggal 27 September 1999 membentuk Tim Peninjau Lapangan Terhadap Kawasan Hutan yang diusulkan untuk Perluasan Cagar Biosfir Bukit Dua Belas dengan tugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi yang lengkap dan obyektif atas aspek ekonomi, sosial dan ekologi terhadap kawasan hutan yang diusulkan untuk perluasan Cagar Alam Biosfer tersebut.
Hasil akhir dari proses tersebut di atas adalah telah dilakukan perubahan fungsi sebagian Hutan Produksi Terbatas Serengam Hulu seluas + 20.700 ha (dua puluh ribu tujuh ratus hektar) dan sebagian Hutan Produksi Tetap Serengam Hilir + 11,400 ha (sebelas ribu empat ratus hektar) serta penunjukan sebagian Areal Penggunaan lainnya seluas + 1.200 ha (seribu dua ratus hektar) dan kawasan Suaka Alam dan pelestarian alam (Cagar Biosfir Bukit Dua Belas) seluas + 27.300 ha (dua puluh tujuh ribu tiga ratus hektar) yang terletak di Kab. Sarolangon Bangko, Batanghari dan Bungo Tebo, Prop. Jambi menjadi Taman Nasional Bukit Dua Belas seluas + 60.500 ha melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 258/Kpts-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000.



Potensi Kawasan

Areal Taman Nasional Bukit Dua Belas mempunyai luas 60.500 Ha, berupa perbukitan dataran rendah berada pada ketinggian + 30 - 430 m dpl. Secara geografis terletak di antara 102o31'37" sampai 102o48'27" Bujur Timur dan antara 1o44'35" sampai 2o03'15" Lintang Selatan. Secara administratif terletak di tiga wilayah kabupaten, yaitu Soralangun, Muaratebo dan Batanghari Prop. Jambi.

Taman Nasional Bukit Dua Belas merupakan kawasan lindung yang mempunyai keunikan tersendiri, karena keberadaannya tidak terlepas dengan kehidupan masyarakat tradisional/Orang Rimba yang terdapat didalam dan sekitar kawasan taman nasional untuk mencari kehidupan sehari-hari seperti rotan, damar, kayu gaharu, dll.

Flora dan Fauna

Taman Nasional Bukit Dua Belas memliki berbagai jenis flora dan fauna, baik yang dilindungi maupun yang langka dan sumber obat-obatan.

Jenis Mamalia Langka:

Harimau (Panthera tigris sumatrensis), Beruang (Helarctos malayanus), Kancil (Tragulus napu), dan lain-lain.

Jenis Burung Langka:

Elang Ular Bido (Spilornis cheela), Enggang Klihingan (Anorrhinus amictus), Seluloyok (Anthracoceros malayanus), Rangkong Badak (Buceros rhinoceros), Buhung Gading (Buceros vigil), Paok Delima (Pitta granatina), dan Tiung (Gracula religiosa).

Selain jenis mamalia dan burung langka tersebut di atas terdapat jenis lainya seperti: Ayam Hutan (Galus galus), Biawak (Varanus salvator), Kijang (Muntiacus muntjak), Nangoi (Sus barbatus), dan lain lain

Jenis Flora

Jenis Flora yang terdapat di taman nasional, antara lain: Jelutung (Dyera costulata), Getah Merah (Palaquium spp), Pulai (Alstonia scolaris), Kempas (Koompassia excelsa), Rumbai (Shorea spp), Cendawan Muka Rimau (Rafflesia hasseltii), Jemang atau Palem darah Naga (Daemononorops draco), dan lain-lain.

Taman nasional Bukit Dua Belas memiliki jenis-jenis flora yang dapat digunakan sebagai obat-obatan seperti: Cendawan Balus (Pycnoporus sp), Tubo kayu, Tuno Akar, Tembalau, Paku Balus, Selusuh Kayu, Selusuh Akar, Akar Penyegar (Smilax zeylanica), Terap, Rotan Sio, Tunam dan Sentubung.

Sekretariat HIMSAR JAYA Jln Taman Lebak Bulus IV Blok H No 1B Perum Lebak Lestari Indah Lebak Bulus, Jakarta Selatan 12430


http://himsarjaya.blogspot.com/
   ALBI MURDANI

Selamat datang di website mahasiswa sarolangun jakarta raya, di sini kami memberitakan info-info terbaru tentang sarolangun, info mahasiswa sarolangun dan potensi investasi di sarolangun. kami siap membantu jika ada untuk kemajuan sarolangun.
info : Albi Murdani ( 085383659820 ) 

Kamis, 29 September 2011

Persiapan Porprov Terus Dikebut

SAROLANGUN-Kabupaten Sarolangun siap menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) 2012 yang mempertandingkan 24 cabang olahraga.
Saat ini Kabupaten Sarolangun sudah siap menggelar Porprov dan hampir seluruh tempat pertandingan sudah rampung dikerjakan dan tinggal pemakaiannya saja”. Kata Kepala Dinas Olahraga Kabuapten Sarolangun. Ambiar Usman di Jambi, rabu.
Ambiar Usman yang juga sekaligus sebagai Ketua Pelaksana Pengurus Pengurus Besar (PB) Porprov XX Jambi tersebut mengakui, kesiapan Kabupatennya sudah hampir delapan puluh persen untuk menjadi tuan rumah.
Saat ini panitia besarnya sudah terbentuk dalam Surat Keputusan (SK) dan tinggal menunggu pengesahan SK dari pengurus KONI Provinsi Jambi.
Komposisi kepengurusan PB Porprov XX di Sarolangun saat ini, Bupati Sarolangun, H Cek Endra sebagai Ketua Umum, Wakil Bupatinya Pahrul Rozi sebagai Wakil Ketua, kata Ambiar Usman saat di temui di KONI Jambi untuk menyerahkan SK Kepengurusan PB Porprov tersebut untuk disahkan KONI Jambi.
Adapun rencana untuk cabang olahraga yang akan dipertandingkan dalam event olahraga dua tahun sekali itu ada sebanyak 24 cabang atau masih sama seperti Porprov 2010 di Kota Jambi.
Namun untuk cabang yang akan dipertandingkan ini belum menjadi keputusan final menunggu dugelarnya rapat oleh PB Porprov dengan KONI Jambi, Kabupaten dan Pengurus cabang olahraga yang ada.
Nanti setelah menerima SK dari KONI Provinsi Jambi akan kitas bicarakan dengan pengurus KONI dan cabang,” kata AmbiarUsman.
Cabang olahraga yang dipertandingkan pada Porprov di Kota Jambi lalu antara lain adalah angkat besi, atletik, balap motor, balap sepeda, billiar, bola volly, basket, bridge, badminton, catur, drumband, gulat, karate, kempo, panjat tebing, pencak silat, sepak bola, sepak takraw, taekwondo, tarung drajat, tenis lapangan, tenis meja, tinju dan renang.
Tuan rumah Sarolangun mengupayakan untuk 24 cabang yang akan dipertandingkan di Kabupaten tersebut dan Mudah-mudahan seluruh tempat pertandingan akan selesai dalam tahun ini. 

Kabupaten Sarolangun

                                                                                 Lambang Kabupaten Sarolangun
                                                                             Motto: ”Sepucuk Adat Serumpun Pseko”



                                                                                                    Peta lokasi Kabupaten Sarolangun
                                                                                                    Koordinat: 01°53’39’’-02°46’02’’ LS102°03´39’’-103°13´17’’ BT



Kabupaten Sarolangun adalah salah satu kabupaten di Provinsi JambiIndonesia. Luas wilayahnya 6.174 km² dengan populasi 246.245 (sensus penduduk 2010. Ibu kotanya ialah Sarolangun. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, KabupatenTebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Sebelumnya, kabupaten ini bersama-sama dengan Kabupaten Merangin membentuk Kabupaten Sarolangun-Bangko,Selanjutnya diperkuat dengan keputusan DPRD Provinsi Jambi Nomor 2/DPRD/99 tanggal 9 Juli 1999          
tentang pemekaran Kabupaten di Provinsi Jambi.                              
                                                                                                                                                                   

Secara geografis, Kabupaten Sarolangun terletak antara 01°53’39’’ sampai 02°46’02’’ Lintang Selatan dan antara 102°03´39’’ sampai 103°13´17’’ Bujur Timur dan merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 10 sampai dengan 1000 meter dari permukaan laut (dpl), dengan pembagian wilayah dan batas sebagai berikut:
UtaraKabupaten Batang Hari
SelatanKabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu
BaratKabupaten Merangin
TimurKabupaten Batang Hari dan Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan
Luas wilayah administratif Kabupaten Sarolangun meliputi 6.174 Km2, terdiri dari Dataran Rendah 5.248 Km2 (85%) dan dataran tinggi 926 Km2 (15%). Secara administratif pada awal berdirinya Kabupaten Sarolangun terdiri atas 6 kecamatan, 4 kelurahan dan 125 desa. sampai dengan tahun 2010 Kabupaten Sarolangun terdiri dari 10 kecamatan, 9 kelurahan dan 134 desa dengan jumlah penduduk pada tahun 2008 sebanyak 214.036 jiwa dengan kepadatan penduduk 32 jiwa/Km2, rata-rata pertumbuhan penduduk pertahun mencapai 2,48 persen.
Rencana dan strategi pembangunan yang dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah atau RPJMD Kabupaten Sarolangun tahun 2006-2011 dengan Visi ”Sarolangun EMAS” (Ekonomi Maju, Aman, Adil dan Sejahtera) 5 (lima) Misi pembangunan yaitu :
1. Meningkatkan infrastruktur jalan, jembatan dan irigasi serta pencetakan sawah baru, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, esehatan, listrik dan air bersih. 2. Meningkatkan taraf perekonomian daerah dan pendapatan masyarakat dengan memberi perhatian utama pada usaha pembangunan ekonomi perdesaan. 3. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui percepatan peningkatan taraf pendidikan dan kesehatan masyarakat dan penanganan masalah-masalah sosial serta dengan pengembangan nilai-nilai agama dan budaya. 4. Meningkatkan jaminan kepastian dan perlindungan hukum. 5. Meningkatkan pelayanan publik melalui penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik dan demokratis. .
Struktur ekonomi didominasi sektor pertanian, pertambangan, penggalian, perdagangan, hotel dan restoran. Pada tahun 2006 nilai PDRB Kabupaten Sarolangun atas dasar harga berlaku dengan Migas, Rp. 1,82 triliun, tahun 2009 Rp. 3,24 triliun. Sedangkan PDRB tanpa Migas pada tahun 2006 Rp. 1,51 triliun, tahun 2009 Rp. 2,82 triliun.PDRB perkapita berdasarkan harga berlaku dengan migas tahun 2006 Rp. 8,87 juta, pada tahun 2009 Rp. 14,89 juta. PDRB Perkapita tanpa migas tahun 2006 sebesar Rp. 7,39 juta, tahun 2009 Rp.12,92 juta. Jika dihitung berdasarkan atas dasar harga konstan (tahun 2000) dengan migas, PDRB perkapita tahun 2006 Rp. 4,43 juta, tahun 2009 Rp. 5,22 juta, PDRB Perkapita tanpa migas tahun 2006 Rp. 3,93 juta, tahun 2009 Rp. 4,93 juta.
Laju pertumbuhan ekonomi dengan migas tahun 2006 sebesar 6,92 persen, pada tahun 2009 sebesar 7,99 persen. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi tanpa migas tahun 2006 sebesar 5,75 persen, tahun 2009 sebesar 9,17 persen. struktur perekonomian, pada tahun 2006 berdasarkan harga berlaku, peranan sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Sarolangun masih dominan dengan kontribusi sebesar 40,33 persen, diikuti sektor pertambangan dan penggalian sebesar 19,15 persen serta urutan ketiga ditempati oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 12,22 persen. Sampai dengan tahun 2009 sektor yang mendominasi pembentukan struktur perekonomian masih sektor pertanian sebesar 42,42 persen, selanjutnya sektor pertambangan dan penggalian mengalami kenaikan sebesar 16,44 persen dan sektor pedagangan, hotel dan restoran sebesar 12,58 persen.
Pada tahun 2006 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Sarolangun sebesar Rp.336,56 milyar, tahun 2010 telah meningkat sebesar Rp.564,54 milyar. Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dimana pada tahun 2006 realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sarolangun hanya sebesar Rp.10,018 milyar, kemudian meningkat menjadi Rp.20,475 milyar pada tahun 2010.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yang merupakan indeks komposit Angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah dan daya beli masyarakat. Pada Tahun 2006 IPM Kabupaten Sarolangun sebesar 70,3 dimana indeks komposit Angka harapan hidup sebesar 68,8 tahun, rata-rata lama sekolah sebesar 6,9 tahun dan daya beli masyarakat sebesar Rp.667.454,-/kapita/bulan. Pada tahun 2009 IPM mengalami kenaikan sebesar 72,0 dimana indeks komposit Angka harapan hidup sebesar 69,27 tahun, rata-rata lama sekolah sebesar 7,04 tahun dan daya beli masyarakat sebesar Rp.1.119,876,-/kapita/bulan.
Garis Kemiskinan atau tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup di Kabupaten Sarolangun pada tahun 2006 adalah sebesar Rp.183.906,-/kapita/bulan naik pada tahun 2009 menjadi sebesar Rp.259.262,-/kapita/bulan lebih tinggi dari rata-rata propinsi Jambi. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2006 sebanyak 37.300 orang mengalami penurunan menjadi 21.700 orang atau 18,23 persen tahun 2006 turun menjadi 9,85 persen pada tahun 2009. Sampai dengan tahun 2009 jumlah angkatan kerja Kabupaten Sarolangun sebanyak 97.237 orang dimana terdiri dari 94.479 orang yang bekerja dan 2.758 orang yang mencari kerja/menganggur.

SMA N 1 Sarolangun Dipaksakan Berstandar Internasional

SAROLANGUN - Meski disebut-sebut sebagai sekolah favorite ternyata bukan berarti SMA Negeri 1 Sarolangun punya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mapan. Buktinya sekolah yang dikatakan berstandar Nasional tersebut ternyata ciut juga saat diluncurkan program Sekolah berstandar Internasional (SBI). 
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sarolangun, Yantoro mengatakan, program tersebut dirasakan terlalu dipaksakan, karena program Sekolah Berstandar Nasional (SBN) baru saja diluncurkan dan baru saja berjalan. Sekolah terpaksa harus berusaha mempersiapkan segala hal untuk SBI tersebut. Padahal, kondisi di lapangan beberapa hal cukup terbatas, salah satunya adalah SDM para guru. “Kita sekarang terpaksa banyak melakukan pelatihan dan mengirim guru untuk ikut Diklat,” ujarnya. Selain itu ada sistem tutorial yang harus dijalani dari beberapa guru bidang study. “Sebab untuk SBI bahasa pengantarnya adalah Bahasa Inggris, sehingga salah satu tutorialnya adalah guru Bahasa Inggris,” ungkapnya.
Namun sejauh ini Yantoro mengaku tidak bisa mengelak dari program tersebut. Sebab setiap kabupaten atau daerah harus memiliki SBI minimal satu, dan untuk Sarolangun SMA 1 yang yang akan dipersiapkan untuk sekolah tersebut.
Sementara itu, dari pihak Dinas Pendidikan (Disdik) Sarolangun sendiri menyatakan akan memberikan bantuan penuh untuk persiapan perintisan SBI tersebut. Bahkan, para guru telah dikirimkan untuk mengikuti beberapa pelatihan.

FHOTO ALUMNI SMA N1 SAROLANGUN ANGKATAN 2009/2010

 FHOTO ARSIP ALUMNI SMA N1 SAROLANGUN ANGKATAN 2008/2009



             Perpisahan Alumni SMA N1 Sarolangun Angkatan 2008/2009 di Gedung SMA N1 Sarolangun yang di Meriahkan Berbagai acara yang di Tampilkan oleh Siswa/Siswi SMA N1 Sarolangun.









Sekretariat HIMSAR JAYA Jln Taman Lebak Bulus IV Blok H No 1B Perum Lebak Lestari Indah Lebak Bulus, Jakarta Selatan 12430

http://himsarjaya.blogspot.com/
   ALBI MURDANI

Selamat datang di website mahasiswa sarolangun jakarta raya, di sini kami memberitakan info-info terbaru tentang sarolangun, info mahasiswa sarolangun dan potensi investasi di sarolangun. kami siap membantu jika ada untuk kemajuan sarolangun.
info : Albi Murdani ( 085383659820 ) 

SEJARAH

KUMPULAN SEJARAH JAMBI
Di Pulau Sumatera, Provinsi Jambi merupakan bekas wilayah Kesultanan Islam Melayu Jambi (1500-1901). Kesultanan ini memang tidak berhubungan secara langsung dengan 2 kerajaan Hindu-Budha pra-Islam. Sekitar Abad 6 – awal 7 M berdiri KERAJAAN MALAYU (Melayu Tua) terletak di Muara Tembesi (kini masuk wilayah Batanghari, Jambi).
Catatan Dinasti Tang mengatakan bahwa awak Abad 7 M. dan lagi pada abad 9 M Jambi mengirim duta/utusan ke Empayar China ( Wang Gungwu 1958;74). Kerajaan ini bersaing dengan SRI WIJAYA untuk menjadi pusat perdagangan. Letak Malayu yang lebih dekat ke jalur pelayaran Selat Melaka menjadikan Sri Wijaya merasa terdesak sehingga perlu menyerang Malayu sehingga akhirnya tunduk kepada Sri Wijaya. Muaro jambi, sebuah kompleks percandian di hilir Jambi mungkin dulu bekas pusat belajar agama Budha sebagaimana catatan pendeta Cina I-Tsing yang berlayar dari India pada tahun 671. Ia belajar di Sriwijaya selama 4 tahun dan kembali pada tahun 689 bersama empat pendeta lain untuk menulis dua buku tentang ziarah Budha. Saat itulah ia tulis bahwa Kerajaan Malayu kini telah menjadi bahagian Sri Wijaya.
Abad ke 11 M setelah Sri Wijaya mulai pudar, ibunegeri dipindahkan ke Jambi ( Wolters 1970:2 ). Inilah KERAJAAN MALAYU (Melayu Muda) atau DHARMASRAYA berdiri di Muara Jambi. Sebagai sebuah bandar yang besar, Jambi juga menghasilkan berbagai rempah-rempahan dan kayu-kayuan. Sebaliknya dari pedagang Arab, mereka membeli kapas, kain dan pedang. Dari Cina, sutera dan benang emas, sebagai bahan baku kain tenun songket ( Hirt & Rockhill 1964 ; 60-2 ). Tahun 1278 Ekspedisi Pamalayu dari Singasari di Jawa Timur menguasai kerajaan ini dan membawa serta putri dari Raja Malayu untuk dinikahkan dengan Raja Singasari. Hasil perkawinan ini adalah seorang pangeran bernama Adityawarman, yang setelah cukup umur dinobatkan sebagai Raja Malayu. Pusat kerajaan inilah yang kemudian dipindahkan oleh Adityawarman ke Pagaruyung dan menjadi raja pertama sekitar tahun 1347. Di Abad 15, Islam mulai menyebar ke Nusantara.
KESULTANAN JAMBI
“Tanah Pilih Pesako Betuah”. Seloka ini tertulis di lambang Kota Jambi hari ini. Dimana menurut orang tua-tua pemangku adat Melayu Jambi, Kononnya Tuanku Ahmad Salim dari Gujerat berlabuh di selat Berhala, Jambi dan mengislamkan orang-orang Melayu disitu, ia membangun pemerintahan baru dengan dasar Islam, bergelar Datuk Paduko Berhalo dan menikahi seorang putri dari Minangkabau bernama Putri Selaras Pinang Masak. Mereka dikurniakan Allah 4 anak, kesemuanya menjadi datuk wilayah sekitar kuala tersebut. Adapun putra bongsu yang bergelar Orang Kayo Hitam berniat untuk meluaskan wilayah hingga ke pedalaman, jika ada tuah, membangun sebuah kerajaan baru. Maka ia lalu menikahi anak dari Temenggung Merah Mato bernama Putri Mayang Mangurai. Oleh Temenggung Merah Mato, anak dan menantunya itu diberilah sepasang Angsa serta Perahu Kajang Lako. Kepada anak dan menantunya tersebut dipesankan agar menghiliri aliran Sungai Batanghari untuk mencari tempat guna mendirikan kerajaan yang baru itu dan bahwa tempat yang akan dipilih sebagai tapak kerajaan baru nanti haruslah tempat dimana sepasang Angsa bawaan tadi mahu naik ke tebing dan mupur di tempat tersebut selama dua hari dua malam.
Setelah beberapa hari menghiliri Sungai Batanghari kedua Angsa naik ke darat di sebelah hilir (Kampung Jam), kampung Tenadang namanya pada waktu itu. Dan sesuai dengan amanah mertuanya maka Orang Kayo Hitam dan istrinya Putri Mayang Mangurai beserta pengikutnya mulailah membangun kerajaan baru yang kemudian disebut “Tanah Pilih”, dijadikan sebagai pusat pemerintahan kerajaannya (Kota Jambi) sekarang ini.
Asal Nama “Jambi”
‘Jambi’ berasal dari kata ‘Jambe’ dalam bahasa Jawa yang bererti ‘Pinang’. Kemungkinan besar saat Tanah Pilih dijadikan tapak pembangunan kerajaan baru, pepohonan pinang banyak tumbuh disepanjang aliran sungai Batanghari, sehingga nama itu yang dipilih oleh Orang Kayo Hitam.
“Keris Siginjai”
Hubungan Orang Kayo Hitam dengan Tanah Jawa digambarkan dalam cerita orang tuo-tuo yang mengatakan bahwa Orang Kayo Hitam pergi ke Majapahit untuk mengambil Keris bertuah, dan kelak akan menjadikannya sebagai keris pusaka Kesultanan Jambi. Keris itu dinamakan ‘Keris Siginjai’. Keris Siginjai terbuat dari bahan-bahan berupa kayu, emas, besi dan nikel. Keris Siginjai menjadi pusaka yang dimiliki secara turun temurun oleh Kesultanan Jambi. Selama 400 tahun keris Siginjai tidak hanya sekadar lambang mahkota kesultanan Jambi, tapi juga sebagai lambang pemersatu rakyat Jambi.
Sultan terakhir yang memegang benda kerajaan itu adalah Sultan Achmad Zainuddin pada awal abad ke 20. Selain keris Siginjai ada sebuah keris lagi yang dijadikan mahkota kerajaan yaitu keris Singa Marjaya yang dipakai oleh Pangeran Ratu (Putra Mahkota). Pada tahun 1903 Pangeran Ratu Martaningrat keturunan Sultan Thaha yang terakhir menyerahkan keris Singa Marjaya kepada Residen Palembang sebagai tanda penyerahan. Pemerintah Hindia Belanda kemudian menyimpan Keris Siginjai dan Singa Marjaya di Museum Nasional (Gedung Gajah) di Batavia (Jakarta).
“Sepucuk Jambi, Sembilan Lurah”
Seloka ini tertulis di lambang Propinsi Jambi, menggambarkan luasnya wilayah Kesultanan Melayu Jambi yang merangkumi sembilan lurah dikala pemerintahan Orang Kayo Hitam, iaitu : VIII-IX Koto, Petajin, Muaro Sebo, Jebus, Aer Itam, Awin, Penegan, Miji dan Binikawan. Ada juga yang berpendapat bahwa wilayah Kesultanan Jambi dahulu meliputi 9 buah lurah yang dialiri oleh anak-anak sungai (batang), masing-masing bernama : 1. Batang Asai 2. Batang Merangin 3. Batang Masurai 4. Batang Tabir 5. Batang Senamat 6. Batang Jujuhan 7. Batang Bungo 8. Batang Tebo dan 9. Batang Tembesi. Batang-batang ini merupakan Anak Sungai Batanghari yang keseluruhannya itu merupakan wilayah Kesultanan Melayu Jambi.
Senarai Sultan Jambi (1790-1904)
1790 – 1812 Mas’ud Badruddin bin Ahmad Sultan Ratu Seri Ingalaga
1812 – 1833 Mahmud Muhieddin bin Ahmad Sultan Agung Seri Ingalaga
1833 – 1841 Muhammad Fakhruddin bin Mahmud Sultan Keramat
1841 – 1855 Abdul Rahman Nazaruddin bin Mahmud
1855 – 1858 Thaha Safiuddin bin Muhammad (1st time)
1858 – 1881 Ahmad Nazaruddin bin Mahmud
1881 – 1885 Muhammad Muhieddin bin Abdul Rahman
1885 – 1899 Ahmad Zainul Abidin bin Muhammad
1900 – 1904 Thaha Safiuddin bin Muhammad (2nd time)
1904 Dihancurkan Belanda
Provinsi Jambi
Wilayah propinsi Jambi hari ini pun terbagi atas 1 Bandar Ibukota (Jambi) dan 9 daerah –mungkin agar sesuai seloka adat tadi-. Tetapi nama daerahnya telah bertukar, iaitu :
1. Muara Jambi –beribunegeri di Sengeti
2. Bungo –beribunegeri di Muaro Bungo
3. Tebo –beribunegeri di Muaro Tebo
4. Sarolangun –beribunegeri di Sarolangun Kota
5. Merangin/Bangko –beribunegeri di Kota Bangko
6. Batanghari –beribunegeri di Muara Bulian
7. Tanjung Jabung Barat –beribunegeri di Kuala Tungkal
8. Tanjung Jabung Timur –beribunegeri di Muara Sabak
9. Kerinci –beribunegeri di Sungai Penuh
Pada akhir abad ke XIX di daerah Jambi terdapat kerajaan atau Kesultanan Jambi. Pemerintahan kerajaan ini dipimpin oleh seorang Sultan dibantu oleh Pangeran Ratu (Pu­tra Mahkota) yang mengepalai Rapat Dua Belas yang merupakan Badan Pemerintahan Kerajaan.
Wilayah administrasi Kerajaan Jambi meliputi daerah-daerah seba­gaimana tertuang dalam adagium adat “Pucuk Jambi Sembilan Lurah, Batangnyo Alam Rajo” yang artinya : Pucuk yaitu ulu dataran tinggi, sem­bilan lurah yaitu sembilan negeri atau wilayah dan batangnya Alam Rajo yai­tu daerah teras kerajaan yang terdiri dari dua belas suku atau daerah.
Secara geografis keseluruhan daerah ­Kerajaan Jambi dapat dibagi atas dua bagian besar yakni :
*
Daerah Huluan Jambi : meliputi Daerah Aliran Sungai tungkal Ulu, Daerah Aliran Sungai jujuhan, Daerah Aliran Sungai Batang Tebo, Daerah Sungai Aliran Tabir, daerah Aliran Sungai Merangin dan Pangkalan Jambu.
*
Daerah Hilir Jambi : meliputi wilayah yang dibatasi oleh Tungkal Ilir, sampai Rantau Benar ke Danau Ambat yaitu pertemuan Sungai Batang Hari dengan Batang Tembesi sampai perbatasan dengan daerah Palembang.
Sebelum diberlakukannya IGOB (Inlandsche Gemente Ordonantie Buitengewesten), yaitu peraturan pe­merintahan desa di luar Jawa dan Ma­dura, di Jambi sudah dikenal pemerintahan setingkat desa dengan nama marga atau batin yang diatur menurut Ordonansi Desa 1906. Pada ordonansi itu ditetapkan marga dan batin diberi hak otonomi yang meliputi bidang pe­merintahan umum, pengadilan, kepo­lisian, dan sumber keuangan.
Pemerintahan marga dipimpin oleh Pasirah Kepala Marga yang dibantu oleh dua orang juru tulis dan empat orang kepala pesuruh marga. Kepala Pesuruh Marga juga memimpin peng­adilan marga yang dibantu oleh hakim agama dan sebagai penuntut umum adalah mantri marga. Di bawah peme­rintahan marga terdapat dusun atau kampung yang dikepalai oleh peng­hulu atau kepala dusun atau Kepala Kampung.
Pada masa pemerintahan Belanda tidak terdapat perubahan struktur pemerintahan di daerah Jambi. Daerah ini merupakan salah satu karesidenan dari 10 karesidenan yang dibentuk Belanda di Sumatera yaitu: Karesidenan Aceh, Karesidenan Tapanuli, Karesidenan Sumatera Timur, Karesidenan Riau, Karesidenan Jambi, Karesidenan Sumatera Barat, Karesidenan Palembang, Karesidenan Beng­kulu, Karesidenan Lampung, dan Karesidenan Bangka Belitung.
Khusus Karesidenan Jambi yang beribu kota di Jambi dalam peme­rintahannya dipimpin oleh seorang Residen yang dibantu oleh dua orang asisten residen dengan mengko­ordinasikan beberapa Onderafdeeling. Keadaan ini berlangsung sampai masuknya bala tentera Jepang ke Jambi pada tahun 1942.
Berdasarkan cerita rakyat setempat, nama Jambi berasal dari perkataan “jambe” yang berarti “pinang”. Nama ini ada hubungannya dengan sebuah legenda yang hidup dalam masyarakat, yaitu legenda mengenai Raja Putri Selaras Pinang Masak, yang ada kaitannya dengan asal-usul provinsi Jambi.
Penduduk asli Provinsi Jambi terdiri dari beberapa suku bangsa, antara lain Melayu Jambi, Batin, Kerin­ci, Penghulu, Pindah, Anak Dalam (Kubu), dan Bajau. Suku bangsa yang disebutkan pertama merupakan pen­duduk mayoritas dari keseluruhan penduduk Jambi, yang bermukim di sepanjang dan sekitar pinggiran sungai Batanghari.
Suku Kubu atau Anak Dalam dianggap sebagai suku tertua di Jambi, karena telah menetap terlebih dahulu sebelum kedatangan suku-suku yang lain. Mereka diperkirakan meru­pakan keturunan prajurit-prajurit Minangkabau yang bermaksud mem­perluas daerah ke Jambi. Ada sementara informasi yang menyatakan bahwa su­ku ini merupakan keturunan dari per­campuran suku Wedda dengan suku Negrito, yang kemudian disebut seba­gai suku Weddoid.
Orang Anak Dalam dibedakan atas suku yang jinak dan liar. Sebutan “ji­nak” diberikan kepada golongan yang telah dimasyarakatkan, memiliki tem­pat tinggal yang tetap, dan telah mengenal tata cara pertanian. Se­dangkan yang disebut “liar” adalah mereka yang masih berkeliaran di hutan-hutan dan tidak memiliki tempat tinggal tetap, belum mengenal sistem bercocok tanam, serta komunikasi dengan dunia luar sama sekali masih tertutup.
Suku-suku bangsa di Jambi pada umumnya bermukim di daerah pede­saan dengan pola yang mengelompok. Mereka yang hidup menetap tergabung dalam beberapa larik (kumpulan rumah panjang beserta pekarang­annya). Setiap desa dipimpin oleh seorang kepala desa (Rio), dibantu oleh mangku, canang, dan tua-tua tengganai (dewan desa). Mereka inilah yang bertugas mengambil keputusan yang menyangkut kepentingan hidup ma­syarakat desa.
Strata Sosial masyarakat di Jambi tidak mempunyai suatu konsepsi yang jelas tentang sistem pelapisan sosial dalam masyarakat. Oleh sebab itu jarang bahkan tidak pernah terdengar istilah-­istilah atau gelar-gelar tertentu untuk menyebut lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat. Mereka hanya mengenal sebutan-sebutan yang “kabur” untuk menunjukkan status seseorang, seperti orang pintar, orang kaya, orang kam­pung dsb.
Pakaian Pada awalnya masyarakat pede­saan mengenal pakaian sehari-hari berupa kain dan baju tanpa lengan. Akan tetapi setelah mengalami proses akulturasi dengan berbagai kebu­dayaan, pakaian sehari-hari yang dikenakan kaum wanita berupa baju kurung dan selendang yang dililitkan di kepala sebagai penutup kepala. Sedangkan kaum pria mengenakan celana setengah ruas yang mengge­lembung pada bagian betisnya dan umumnya berwarna hitam, sehingga dapat leluasa bergerak dalam mela­kukan pekerjaan sehari-hari. Pakaian untuk kaum pria ini dilengkapi deng­an kopiah.
Kesenian di Provinsi Jambi yang terkenal antara lain Batanghari, Kipas perentak, Rangguk, Sekapur sirih, Selampit delapan, Serentak Satang.
Upacara adat yang masih dilestarikan antara lain Upacara Lingkaran Hidup Manusia, Kelahiran, Masa Dewasa, Perkawinan, Berusik sirih bergurau pinang, Duduk bertuik, tegak betanyo, ikat buatan janji semayo, Ulur antar serah terimo pusako dan Kematian.
Filsafat Hidup Masyarakat Setempat:
Sepucuk jambi sembilan lurah, batangnyo alam rajo.
Lambang Daerah Tingkat I Provinsi Jambi, berbentuk Bidang Dasar Segi Lima, menggambarkan lambang Jiwa dan semangat Pancasila.
Masjid, melambangkan Ketuhanan dan Keagamaan;
Keris, melambangkan kepahlawanan dan Kejuangan;
Gong, melambangkan jiwa musyawarah dan Demokrasi.
Dengan berakhirnya masa kesultanan Jambi menyusul gugurnya Sulthan Thaha Saifuddin tanggal 27 April 1904 dan berhasilnya Belanda menguasai wilayah-wilayah Kesultanan Jambi, maka
Jambi ditetapkan sebagai Keresidenan dan masuk ke dalam wilayah Nederlandsch Indie. Residen Jambi yang pertama
O.L Helfrich yang diangkat berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal Belanda No. 20 tanggal 4 Mei 1906 dan
pelantikannya dilaksanakan tanggal 2 Juli 1906.
Kekuasan Belanda atas Jambi berlangsung ± 36 tahun karena pada tanggal 9 Maret 1942 terjadi peralihan kekuasaan
kepada Pemerintahan Jepang. Dan pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah pada sekutu. Tanggal 17 Agustus 1945
diproklamirkanlah Negara Republik Indonesia. Sumatera disaat Proklamasi tersebut menjadi satu Provinsi yaitu Provinsi
Sumatera dan Medan sebagai ibukotanya dan MR. Teuku Muhammad Hasan ditunjuk memegangkan jabatan
Gubernurnya. Pada tanggal 18 April 1946 Komite Nasional Indonesia Sumatera bersidang di Bukittinggi memutuskan
Provinsi Sumatera terdiri dari tiga Sub Provinsi yaitu Sub Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Tengah dan Sumatera
Selatan.

INVENTARISASI BAHAN GALIAN PADA BEKAS TAMBANG DI KABUPATEN SAROLANGUN (Edie Kurnia Djunaedi, Yuman, Yunizar) Kelompok Program Penelitian Konservasi


ALBI
Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan bahan galian perlu dilakukan penerapan konservasi bahan galian, sehingga tidak menyebabkan pemborosan atau penyia-nyiaan bahan galian di berbagai tahapan kegiatan. Disamping itu dalam pengelolaan sumber daya mineral juga perlu perumusan konservasi untuk kepentingan penelitian, cagar alam geologi/laboratorium alam dan cadangan bagi generasi yang akan datang.Dalam mendukung upaya tersebut di atas, tim dari Pokja Konservasi Pusat Sumber Daya Geologi telah melakukan Inventarisasi Bahan Galian Pada Bekas Tambang di Daerah Kabupaten Sarolangun, Jambi
Potensi bahan galian di daerah kabupaten Sarolangun, terdiri dari : Batubara, Emas,Batugamping, Granit, Pasir kuarsa, Pasir sungai, Lempung, Minyak bumi, Biji besi, Zirkon, Timbal, Tembaga, Marmer, Kaolin, Fosfat dan Bentonit. (Bappeda kab.Sarolangun,2002 dan Dinas Lingkungan Hidup Pertambangan dan Energi, kab Sarolangun,2006)
Bahan galian tersebut diatas pada umumnya dikelola oleh beberapa perusahaan, tahapannya masih dalam penyelidikan umum sampai dengan eksplorasi. Perusahaan yang melakukan kegiatan eksploitasi pada saat ini PT. Bina Wahana Meruap bumi dan PT.Petro China yang melaksanakan penambangan minyak bumi dan PT. Sungai Belati Coal yang menambang batubara.
Bahan galian pada bekas tambang yang ada di kabupaten Sarolangun hanya bekas-bekas tambang emas tanpa izin (PETI).
Kegiatan penambangan ini telah lama dilakukan oleh beberapa keluarga secara turun temurun. Sebelumnya masyarakat hanya menambang dengan cara mendulang, namun kini dengan masuknya pendatang bekerjasama dengan penduduk setempat dan seiring kemajuan teknologi, kegiatan penambangan telah menggunakan mesin ‘Dompeng’. Kegiatan penambangan dilakukan terutama pada daerah-daerah sekitar Sungai Batang Asai, Sungai Tembesi, Sungai Selembau, Sungai Limun dan Sungai Batang Rebah.
Jumlah sumber daya hipotetik emas aluvial yang masih tersisa di Blok.1 kecamatan Batang Asai 63.148 kg. Blok.2. kecamatan Bathin VIII dan Kecamatan Sarolangun 280.720 kg kg, Blok.3. Desa Teluk Rendah, Kp Tujuh, Kecamatan Limun 32.351 kg dan Blok.4 Desa Ranggo,Kecamatan Limun 32.222 kg.
Potensi bahan galian lain pasir kuarsa, zirkon dan mineral ikutan pada proses pengolahan emas aluvial di daerah inventarisasi kurang lebih 0,6 % dari jumlah potensi aluvial.
PENDAHULUAN
Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan bahan galian perlu dilakukan penerapan konservasi bahan galian, sehingga tidak menyebabkan pemborosan atau penyia-nyiaan bahan galian di berbagai tahapan kegiatan. Disamping itu dalam pengelolaan sumber daya mineral juga perlu perumusan konservasi untuk kepentingan penelitian, cagar alam geologi/laboratorium alam dan cadangan bagi generasi yang akan datang.
Dalam mendukung upaya tersebut di atas, tim dari Pokja Konservasi Pusat Sumber Daya Geologi telah melakukan Inventarisasi Bahan Galian Pada Bekas Tambang di Daerah Sarolangun, Jambi
Secara geografis daerah ini terletak antara 102° 03’39” sampai 103° 17’13” Bujur Timur dan 01° 53’ 39” sampai 02° 46’24” Lintang Selatan. (Gambar1).
POTENSI BAHAN GALIAN
1. Geologi
Geologi daerah kegiatan di kabupaten Sarolangun telah diteliti oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, dengan hasil dengan hasil berupa Peta Geologi Lembar Sarolangun Sumatra, Sekala 1:250.000, oleh N. Suwarna, Suharsono, S.Gafoer,T.C.Amin, Kusnama dan Hermanto, tahun 1992 (Gambar 2).
Fisiografi bagian barat daerah kabupaten Sarolangun ditempati oleh pegunungan Barisan, dicirikan oleh topografi yang kasar, tersusun dari batuan sedimen malihan dan batuan beku yang terpotong oleh lembah-lembah yang dikontrol oleh sesar. Ketinggian berkisar antara 320 meter sampai lebih dari 2380 meter di atas permukaan laut dengan lereng yang curam yang tertutup rapat hutan-belukar. Pola aliran yang utama adalah rektangular dan teralis dengan bentuk lembah umumnya adalah ‘V’ sempit dan lurus. Bagian timur merupakan dataran rendah yang terbuka, hanya ditutupi oleh semak-belukar dan hutan kecil sementara di beberapa tempat berupa rawa.
Bagian timur dan timurlaut daerah ini terdiri dari lahan yang bergelombang, dengan ketinggian beberapa puluh meter diatas permukaan laut. Sungai-sungai mempunyai bentuk meander dan berpola meranting sampai rektangular, kebanyakan sungai besar mengalir kearah baratlaut-tenggara, sejajar dengan arah struktur utama.
Urutan batuan tertua sampai dengan termuda di daerah kabupaten Sarolangun adalah batusabak, serpih, batulanau dan batupasir yang semuanya termasuk dalam Formasi Peneta. Batugamping dan serpih termasuk dalam Anggota Mersip. Kerikil,batulanau, greywacked, diabas, basal termasuk Formasi Rawas. Formasi dan Anggota tersebut diatas berumur Jura Akhir-Kapur Awal.
Diatas batuan Formasi tersebut diatas diendapkan perselingan batupasir malihan, batusabak, filit, batulanau, greywacke, batugamping, genes, batulempung dan batugamping ‘wackstone-packstone’ yang termasuk dalam Formasi Asai, berumur Kapur.
Diatas Formasi Asai diendapkan secara takselaras Formasi Hulusimpang, terdiri dari breksi gunungapi,lava,tuf,konglomerat, batupasir tufaan setempat sisipan batugamping dan batulempung. Formasi Papanbetupang terdiri dari konglomerat aneka bahan, batupasir, batulempung-batulanau, breksi aneka bahan, batupasir-batulempung tufaan, kedua Formasi ini berumur Oligosen.
Secara selaras diatasnya diendapkan Formasi Kasiro yang terdiri dari serpih, batulempung dan batulanau berumur Miosen Awal. Formasi Gumai terdiri dari serpih, batupasir,napal dan batugamping berumur Akhir Miosen Awal-Awal Miosen Tengah.
Diatas Formasi Gumai diendapkan secara takselaras Formasi Air Benakat, yang terdiri dari batulempung, batupasir, batulanau, konglomerat dan napal berumur Akhir Miosen Tengah-Awal Miosen Akhir.
Secara takselaras diatasnya diendapkan Formasi Muaraenim yang terdiri dari batupasir dan batupasir tufaan, berumur Miosen Akhir.
Selanjutnya diatas Formasi Muaraenim secara takselaras diendapkan Formasi Kasai yang terdiri dari tuf dan tuf batuapung, batupasir tufaan dan batulempung tufaan berumur Pliosen Akhir-Pleistosen Awal. Selanjutnya diendapkan Aluvium yang terdiri dari bongkah,kerakal,pasir,lumpur dan lempung.
Struktur geologi di daerah Kabupaten Sarolangun adalah perlipatan tegak berarah baratlaut-tenggara. Sesar utama berarah baratlaut – tenggara, timurlaut- baratdaya, utara baratlaut- selatan tenggara dan sesar timur-barat.
2. Bahan Galian
Potensi bahan galian di daerah kabupaten Sarolangun (Bappeda kab.Sarolangun,2002 dan Dinas Lingkungan Hidup Pertambangan dan Energi, kab Sarolangun,2006), adalah :
Batubara, Emas,Batugamping, Granit, Pasir kuarsa, Pasir sungai, Lempung, Minyak bumi, Biji besi, Zirkon, Timbal, Tembaga, Marmer, Kaolin, Fosfat dan Bentonit.
Kabupaten Sarolangun memiliki bahan galian yang mempunyai nilai ekonomis, khususnya dibagian barat daya pada morfologi pegunungan berupa bahan galian logam dan di bagian timur laut pada morfologi pedataran berupa batubara dan minyak bumi ( Tabel 1,2 ).
PERTAMBANGAN
Bahan galian di daerah Kabupaten Sarolangun belum banyak diusahakan sampai tahap eksploitasi. Perusahaan yang melakukan kegiatan eksploitasi pada saat ini PT. Bina Wahana Meruap bumi dan PT.Petro China yang melaksanakan penambangan minyak bumi dan PT. Sungai Belati Coal yang menambang batubara (Tabel 1 dan 2).
Wilayah bekas tambang yang ada di kabupaten Sarolangun hanya berupa bekas-bekas tambang emas tanpa izin. Kegiatan inventarisasi bahan galian dilaksanakan pada bekas tambang emas aluvial yang telah ditinggalkan oleh penambang emas tanpa izin (PETI). Daerah kegiatan meliputi Kecamatan Batang Asai, Kecamatan Limun, Kecamatan Bathin VIII dan Kecamatan Sarolangun.
Kegiatan penambangan ini telah lama dilakukan oleh beberapa keluarga secara turun temurun. Sebelumnya masyarakat hanya menambang dengan cara mendulang, namun kini dengan masuknya pendatang bekerjasama dengan penduduk setempat dan seiring kemajuan teknologi, kegiatan penambangan telah menggunakan mesin ‘Dompeng’. Kegiatan penambangan dilakukan terutama pada daerah-daerah sekitar Sungai Batang Asai, Sungai Tembesi, Sungai Selembau, Sungai Limun dan Sungai Batang Rebah.
Ada 5 (lima) cara yang dilakukan pada kegiatan penambangan emas tanpa izin di kabupaten Sarolangun, yaitu :
Cara mendulang, mengambil material dari tempat tertentu yang diperkirakan mengandung emas.
Cara menyelam dalam sungai, dengan alat bantu pernafasan masker dan bantuan mesin kompresor yang diletakkan dalam perahu. Penyelaman dilakukan sampai lapisan dasar (kong), dimana biasanya diatas lapisan ‘kong’ terendapkan material pasiran. Untuk memperoleh emas pasiran dikipas-kipas, kemudian bila pada lapisan atas ‘kong’terdapat butiran/ emas pipih, maka emas dijepit dan disimpan dalam suatu tempat.
Cara menghisap yaitu dengan meletakan mesin pompa diatas papan yang beralasan drum-drum mengambang, selang diletakkan pada dasar sungai menghisap material yang diperkirakan konsentrat mengandung emas dan dialirkan ke sluice box yang beralaskan karpet. Bila dasar lapisan ‘kong’ sudah bersih dari endapan pasiran maka penambang menyelam untuk menjepit/menangkap butiran/pipih emas yang menempel dilapisan atas ‘kong’. Pada jam-jam tertentu karpet sluice box tersebut dicuci dalam tempat tertutup (drum), sehingga butiran-butiran emas terlepas dari karpet dan terkumpul dalam konsentrat. Konsentrat yang mengandung mineral berat kemudian didulang, sehingga terpisah butiran emasnya.
Cara menggali sumur berdiameter ± 1 meter, kedalaman vertikal ± 6 meter (sampai dengan ‘kong’) kemudian pada dasar sumur kedalaman 6 meter digali horizontal kearah dan panjang tertentu. Air yang keluar dari pori-pori dinding sumur, dipompa melalui selang dan dibuang kepermukaan. Material yang diperkirakan mengandung emas hasil penggalian ditimba kepermukaan kemudian didulang pada tempat yang telah ditentukan.
Cara menyemprot dengan air bertekanan tinggi pada dinding dan dasar material untuk melepaskan butiran emas. Selanjutnya aliran lumpur hasil penyemprotan disedot dengan mesin dan dialirkan ke sluice box. Lumpur konsentrat yang mengadung emas dialirkan ke sluice box yang beralaskan karpet, karena butiran emas mempunyai berat jenis tinggi, sehingga terperangkap pada karpet. Setelah beberapa waktu karpet tersebut dicuci dalam tempat tertutup (drum), sehingga butiran-butiran emas terlepas dari karpet dan terkumpul dalam konsentrat. Konsentrat yang mengandung mineral berat kemudian didulang, sehingga terpisah butiran emasnya. Untuk mencegah butiran emas halus terbuang konsentrat yang mengandung emas dicampur dengan air raksa, sehingga dengan cara amalgamasi tersebut dapat menangkap seluruh butiran emas. Air raksa yang mengandung emas disaring dengan kain payung, sampai mendapatkan emas bulion. Bulion dibakar sehingga butiran emas terpisah dengan air raksa. Proses pembakaran dan pemurnian ini biasanya tidak dilakukan di daerah penambangan tetapi di tempat lain.
PEMERCONTOAN
Hasil pemercontoan tim inventarisasi di daerah kecamatan Batang Asai, kecamatan Limun, kecamatan Bathin VIII dan kecamatan Sarolangun dapat dilihat pada Tabel 3.
Hasil pemercontoan tim inventarisasi bahan galian pada bekas tambang dianalisis conto konsentrat dulang dan tailing dengan menggunakan metoda analisis butir untuk mengetahui jenis, ukuran dan jumlah butir emas dan mineral ikutan lainnya. Analisis dilakukan di Laboratorium Fisika Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi.
Emas Aluvial
Penyebaran endapan aluvial yang berpotensi mengandung emas tersebar di Kecamatan Batang Asai, Kecamatan Limun, Kecamatan Bathin VIII dan Kecamatan Sarolangun. Untuk memudahkan menghitung luas dan potensi penyebaran endapan aluvial, maka di wilayah ini dibagi menjadi Blok.1 meliputi Kecamatan Batang Asai, Blok.2 meliputi Kecamatan Bathin VIII dan Kecamatan Sarolangun, Blok.3 meliputi Desa Teluk Rendah, Desa Kampung Tujuh Kecamatam Limun dan Blok.4 meliputi Desa Ranggo, Kecamatam Limun.
Ketebalan endapan aluvial yang berpotensi mengandung emas di wilayah ini bervariasi, mulai dari 1 meter sampai dengan 0.6 meter, atau rata-ratra 0.80 meter.
Jumlah sumber daya hipotetik emas aluvial yang masih tersisa di Blok.1 kecamatan Batang Asai 63.148 kg. Blok.2. kecamatan Bathin VIII dan Kecamatan Sarolangun 280.720 kg kg, Blok.3. Desa Teluk Rendah, Kp Tujuh, Kecamatan Limun 32.351 kg dan Blok.4 Desa Ranggo,Kecamatan Limun 32.222 kg.
KESIMPULAN
Daerah bekas tambang di Kabupaten Sarolangun, terdapat di daerah bekas tambang emas alluvial tanpa izin.
Pemegang kuasa pertambangan bahan galian di daerah Sarolangun pada umumnya masih tahapan penyelidikan umum eksplorasi, persiapan eksploitasi dan hanya ( 1 ) satu pengelola eksploitasi batubara.
Penambangan emas aluvial di daerah Sarolangun dengan cara mendulang, menyelam, menghisap dialirkan ke sluice box dan menyelam, menggali sumur vertikal dan horizontal dan penyemprotan kekuatan tinggi.
Di daerah Desa Padang Jaring terdapat bekas tambang dan tambang aktip dengan cara menggali secara vertikal, daerah ini juga terdapat tambang dengan cara menyemprot kekuatan tinggi.
Daerah Kecamatan Limun penambang emas aluvial dengan cara menyemprotkan kekuatan tinggi, beberapa daerah lubang bekas tambang ditinggalkan.
Di daerah Kecamatan Bathin VIII dan Kecamatan Sarolangun terdapat kegiatan tambang emas tanpa izin.
Jumlah sumber daya hipotetik emas aluvial yang masih tersisa di Blok.1 kecamatan Batang Asai 63.148 kg. Blok.2. kecamatan Bathin VIII dan Kecamatan Sarolangun 280.720 kg kg, Blok.3. Desa Teluk Rendah, Kp Tujuh, Kecamatan Limun 32.351 kg dan Blok.4 Desa Ranggo,Kecamatan Limun 32.222 kg.
Potensi bahan galian lain pasir kuarsa, zirkon dan mineral ikutan pada proses pengolahan emas aluvial di daerah inventarisasi kurang lebih 0,6 % dari jumlah potensi aluvial.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan Dan Energi Kabupaten Sarolangun,tahun 2005, Pengkajian limbah pertambangan emas tanpa ijin (PETI).
Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan dan Energi Kabupaten Sarolangun, tahun2006, Potensi Pertambangan Kabupaten Sarolangun
Direktorat Tatalingkungan Geologidan Kawasan Pertambangan,tahun 2002, Inventarisasi Wilayah Keprospekan Kawasan Pertambangan Kabupaten Sarolangun,Provinsi Jambi
P.T ANTAM Tbk, tahun 2006, Mengetahui kemungkinan adanya mineralisasi emas dan mineral pengikutnya, dengan target peninjauan mendapatkan potensi yang menarik
P.T Anugerah Jambi Coalindo, tahun 2006, Eksplorasi semi detail,eksplorasi detail batubara sekarang sedang dilakukan sosialisasi, melakukan kajian analisa dampak lingkungan ( AMDAL), desain tambang,perencanaan tambang dan studi kelayakan.
P.T Bakti Sarolangun Sejahtera, tahun 2005, Eksplorasi Batubara yang menggambarkan Tataguna Lahan, kondisi geologi regional, kondisi geologi daerah penelitian dan tata letak batubara.
P.T Intitirta Primasakti, tahun 2005, Kegiatan eksplorasi Batubara, diprioritaskan pada peresiapan untuk proyek pembangunan konstruksi infrastruktur untuk sarana dan prasarana penunjang kegiatan penambangan.
P.T Jambi Wildcat Mas, tahun 1999, mengadakan penyelidikan bahan galian emas dan mineral ikutannya
P.T Jambi Wildcat Mas, tahun 1999, mengadakan penyelidikan bahan galian emas dan mineral ikutannya
P.T Tambir Mas, tahun 2006, Peninjauan, penyelidikan umum mineral bijih besi di desa Berkun kecamatan Limun, kabupaten Sarolangun.
Suwarna.N,dkk, tahun 1992 memetakan geologi kabupaten Sarolangun, pada Peta Geologi Lembar Sarolangun, skala peta 1 : 250.000.

POTENSI DAERAH

by : ALbi Murdani
Kekayaan Tambang dan Energi Sarolangun
Potensi kekayaan sumber daya alam pertambangan dan energi di Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi, belum banyak dieksploitasi untuk dijadikan pemasukan pendapatan daerah dan masyarakat.
Potensi tambang dan energi kabupaten baru itu, yang belum dimanfaatkan optimal, seperti batu bara, emas, tembaga, biji besi, bahan baku semen, dan pasir kuarsa, kata Bupati Sarolangun Hasan Basri Agus di Jambi, Sabtu (21/7).
Jika potensi itu sejak dulu digarap mungkin kabupaten itu sudah maju dan tidak tertinggal seperti sekarang yang masih banyak memiliki desa-desa tertinggal dan pendidikan masyarakat rendah.
Kabupaten Sarolangun dibentuk pada 1999 berdasarkan UU No 54/1999 dengan jumlah penduduk 198.822 jiwa juga memiliki potensi minyak bumi 23 juta ton barel dan kini digarap 2.000 barel per hari.
Sedangkan cadangan batubara sebanyak 800 juta ton dengan kalori 5.000 hingga 6.000 kkal/gram, serta kandungan bahan baku semen 140 juta ton.
Melihat dari ketersediaan potensi sumber daya alam sebenarnya sangat menjanjikan untuk kesejahteraan rakyat, tetapi kenyataan dihadapkan berbagai masalah keterbatasan infrastruktur, dan masyarakat masih tertumpu di sektor pertanian.
Sebab itu Pemkab Sarolangun sampai kini terus mencari investor asing untuk menggarap potensi migas. Saat ini yang telah masuk yaitu Petrochina, dan BWP Meruap.
Sementara penggarapan batubara kini terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar pembangkit listrik di luar Jambi, serta kebutuhan lokal. (kapanlagi.com)

Kembangkan Tanaman Nilam 150 Hektar
Pemerintah Kabupaten Sarolangun meningkatkan pengembangan tanaman nilam yang kini sudah mencapai 150 hektar, yang diusahakan oleh para petani yang bermukim di kawasan Bukit Barisan.Bupati Sarolangun, Hasan Basri Agus di Jambi, Sabtu (28/7) mengemukakan, animo warga Kecamatan Batang Asai untuk mengembangkan tanaman bahan baku minyak wangi itu kini terus berkembang.
Awalnya tanaman itu dikembangkan di areal puluhan hektar, namun kini warga sudah menyiapkan lahan seluas 150 hektar untuk ditanami nilam.
Warga yang mengembangkan tanaman nilam itu juga sudah membentuk kelompok tani, dan kini mereka mengajukan bantuan bibit pada pemerintah atau instansi terkait.
Dalam 100 kg daun kering nilam, 30% di antaranya menghasilkan sari pati minyak untuk dijadikan bahan baku minyak wangi, kosmetik dan lainnya.
Umur panen tanaman nilam itu selama delapan bulan, dan kini harga minyak mencapai Rp250 ribu per kg hingga Rp300 ribu/kg, sehingga cukup membangkitkan semangat warga terutama yang bermukim di daerah itu.
Tujuan pemerintah Kabupaten Sarolangun untuk mengembangkan tanaman nilam di sisi Bukit Barisan juga dalam upaya menjaga kelestarian hutan, agar warga yang bermata pencaharian sebagai penebang liar dapat diarahkan mengembangkan tanaman tersebut.
Instansi terkait diperintahkan untuk mengerahkan tenaga penyuluhnya membantu dan membina petani dalam mengembangkan tanaman nilam tersebut, bila perlu membangun pabrik penyulingan, yang selama ini dilakukan di Bengkulu dan Sumatera barat.