ALUMNI SMA N1 SAROLANGUN

Kamis, 29 September 2011

KAMPUNGKU

Hasan Basri Agus terpilih menjadi Bupati Sarolangun masa ja­batan 2006-2011. Beliau adalah sosok yang sangat dekat dengan rakyatnya. Pada 31 Juli 2007 lalu, Hasan Basri Agus tepat satu tahun memerintah di Kabupaten Sarolangun. Dalam waktu setahun, sebagian program pembangunan telah dilaksanakannya bersama Wakil Bupati Cek Endra.

Dalam memerintah, Hasan Basri Agus atau dikenal dengan sebutan HBA ini berjanji akan memprioritaskan semua program yang mengarah pada pengentasan kemiskinan dan peningkatan pendidikan di Sarolangun. Dia meminta pembangunan di kawasan pedesaan mengarah ke pengentasan 8.102 keluarga Pra Sejahtera.

Bupati yang dikenal baik dan disebut-sebut bakal ikut “bertarung” menjadi Gubernur pada Pilkada Provinsi Jambi tahun 2009 ini, punya kharismatis dan sederhana. Dalam memipin Sarolangun, dia punya akan membawa Sarolangun dengan visi; EMAS ( ekonomi maju, aman, adil, dan sejahtera) .

Apa yang menjadi sektor prioritasnya?
(1) Membebaskan biaya pendidikan mulai dari SD sampai SMU, memberikan beasiswa untuk para putra-putri Sarolangun.
(2) Pembebasan biaya berobat di tingkat Puskesmas untuk semua orang, karena kesehatan adalah kebutuhan mendasar bagi masyarakat di pedesaan.
(3) Membebaskan biaya pembuatan KTP, Kartu Keluarga (KK) dan akte kelahiran.

Ketiga prioritas tersebut sudah diterapkan mulai 1 Januari 2007,.

“Terpenting, sasaran pembangunan harus menyentuh kepentingan masyarakat. Dan, jangan coba-coba KKN,” tegasnya saat berkunjung dan beramah tamah dengan pengurus dan mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Sarolangun (HMS) Cabang Padang, akhir Desember 2007 lalu.
Sarolangun, sebuah kabupaten di Provinsi Jambi memiliki keunikan agraris khas Indonesia. Kabupaten ini tidak saja mengandalkan tanaman keras palawija tetapi juga memiliki kekayaan bumi, yaitu minyak dan gas. Kekayaan ini sekaligus menguji pelaksanaan otonomi daerah di Sepucuk Adat Serumpun Pseko ini.
Pelaksanaan otonomi daerah seolah menantang daerah mengembangkan daerahnya. Daerah mendapatkan peran lebih untuk mengatur daerahnya termasuk mengatur alur pemasukkan dan pengeluaran. Ini membutuhkan seorang pemimpin dengan kemampuan mengatur daerahnya secara baik. Kemampuan mengatur biasalah kita sebut sama dengan kemampuan memimpin.
Lalu bagaimana mengatur daerah dengan potensi kekayaan seperti Sarolangun? Sarolangun tempo dulu adalah Sarolangun dengan predikat daerah tertinggal. Tetapi pada tahun 2008 nanti, Sarolangun sudah mentargetkan 13 M untuk pendapatan satu tahun. Bila dibandingkan dengan PAD tahun 2007 yang melebihi target maka asumsi PAD 2008 tidaklah terlampau muluk.
H. Hasan Basri Agus, Bupati Sarolangun, menyadari kekayaan alam yang belum sepenuhnya dikelola. Hingga saat ini Sarongalun baru mengekploitasi tanaman keras palawija sebagai andalan, seperti karet, kelapa sawit, kopi. Diantara semuanya karet merupakan komoditas andalan. Tahun 2006 luas perkebunan karet rakyat mencapai 117.527 hektar. Kekayaan inilah yang mulai dilirik oleh para investor. Sementara itu Sumber Daya Alam potensial menjadi mulai dikelola dengan maksimal dan dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat.
Pada awal masa tugasnya Hasan Basri Agus, yang biasa disapa HBA, mencanangkan Sarolangun EMAS (ekonomi maju, adil, aman, dan sejahtera) sebagai visi bersama. Tiga pilar utama, yaitu Pemerintah Daerah yang efektif, SDM berkualitas, dan SDA yang potensial menjadi penopang mewujudkan misi tersebut.
E=MC²
Berniat melaju dalam kinerja tentu membutuhkan kemampuan pengelolaan yang baik. Keleluasan dalam pengelolaan salah-salah membuat daerah terjerumus dalam penyelewengan. Euforia ini sangat mungkin diminimalisir seandainya pengelolaan daerah berlangsung terbuka.
Mengacu pada rumusan E=MC², maka Sarolangun baru menapaki anak tangga bagian pertama. Betapa tidak? Dalam usianya yang masih tergolong muda (berdiri tahun 1999) energi kabupaten ini belum sepenuhnya digunakan. Masih dibutuhkan pembenahan yang menyeluruh. Dan ini menjadi tugas HBA.
Padahal momentum itu sudah terbuka dengan sistem desentralisasi yang bergulir. Sementara komunikasi dan kordinasi masih bertahap. Ini memang bukan perkara mudah. Membangun energy yang maksimal diperlukan sejumlah prasyarat misalnya kesiapan SDM.
Persiapan itu salah satunya dengan penyediaan sarana pendidikan dan kemudahan bagi masyarakat setempat mendapatkan akses sekolah. Selain itu juga Dengan dibebaskannya biaya SPP bagi siswa SMA/SMKdan Madrasah Aliah dalam Kabupaten Sarolangun membuat minat orang tua menyekolahkan anaknya setelah tamat SLTP semakin meningkat.
Buktinya, pada tahun 2006 lalu jumlah siswa SLTA sebanyak 6.529 orang siswa dan tahun 2007 ini sebanyak 7.464 orang siswa atau mengelami peningkatan sebesar 13 persen. Guna meningkatkan kualitas guru sesuai dengan UU No 14 tentang Guru dan Dosen yang mewajibkan guru S 1, secara bertahap Pemkab Sarolangun juga memberikan kesempatan kepada para guru untuk melanjutkan kuliah ke S1. Ada juga yang diberikan beasiswa melalui APBD Kabupaten Sarolangun.
Upaya membuka akses bagi para investor telah dibuka lebar oleh pemerintah. Sejauh ini, Pemkab Sarolangun telah membangun kerjasama dengan beberapa investor di bidang pertambangan, seperti PT BWP Meruap yang melakukan eksplorasi minyak bumi dengan cadangan 23 juta barel, Petro China yang mengelola cadangan 100 juta barel.
Untuk tanaman keras peluang bisnis yang dapat diandalkan meliputi karet, kelapa sawit, dan pertanian. Selain itu peternakan, pariwisata, dan hutan yang cukup menjanjikan.
Terkait dengan pengembangan potensi daerah, Pemerintah Kabupaten Sarolangun meningkatkan pengembangan tanaman nilam yang kini sudah mencapai 150 hektar, yang diusahakan oleh para petani yang bermukim di kawasan Bukit Barisan.
Tujuan pemerintah Kabupaten Sarolangun untuk mengembangkan tanaman nilam di sisi Bukit Barisan juga dalam upaya menjaga kelestarian hutan, agar warga yang bermata pencaharian sebagai penebang liar dapat diarahkan mengembangkan tanaman tersebut.
Kuatnya Karet Sarolangun
Dari kesemuanya, karet adalah komoditas Sarolangun yang mendominasi dalam sektor perkebunan. Kini pihak Pemkab berusaha mendorong pihak ketiga untuk membangun pabrik crumb rubber guna mengolah getah karet yang telah disadap hasil kebun karet rakyat.
Sementara itu, jenis tanaman kedua yang diminati adalah kelapa sawit. Pada tahun 2006, areal perkebunan sawit mencapai 31.846 hektar. Luas areal ini diprediksikan akan terus bertambah sejalan dengan permintaan pasar, utamanya karena harga CPO dunia yang terus meningkat. Sub-sektor lain juga cukup memberikan kontribusi seperti sektor kehutanan yaitu kayu gelondong (logs), sektor peternakan yaitu unggas dan masih banyak lagi sektor alam lain yang berpotensi.
Namun semua kekayaan alam ini tidak lantas membuat Pemkab Sarolangun lengah, Bupati Hasan pun sadar kalau kekayaan alam suatu saat nanti pasti akan habis. Berangkat dari itu pulalah Bupati Hasan juga menempatkan pembangunan SDM sebagai prioritas. Seperti semua siswa mulai dari SD, SMP, sampai SMA/ SMK dibebaskan dari SPP, adanya program beasiswa, dan tak hanya itu Sarolangun juga membuat program setiap tahunnya dengan mencetak 50 orang Sarjana SI, 20 orang Sarjana S2, dan 5 orang Sarjana S3.
Peningkatan SDM juga terlihat dari adanya Program Sarolangun Sehat 2010. Dalam konteks ini, masyarakat diberikan pelayanan kesehatan gratis di setiap Puskesmas, penambahan jumlah tenaga medis, dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Dan untuk tahun 2007 ini disediakan anggaran sekitar Rp 30.91 milyar untuk sektor kesehatan atau naik sekitar 36% dari anggaran tahun 2006.
Mengelola Hutan, Peduli lingkungan, Membangun Sarolangun
Kabupaten Sarolangun memiliki karakter wilayah yang sangat spesifik yaitu bentangan wilayah dari barat ke timur, dari dataran tinggi hingga dataran rendah mengikuti Daerah Aliran Sungai (DAS) Limun Batang Asai dan Batang Tembesi dengan puluhan anak sungainya yang tersebar diseluruh kabupaten Sarolangun.
Kondisi yang spesifik ini telah menjadi landasan strategi pembangunan daerah melalui Perda No.6 tahun 2001 tentang Renstra 2001-2006, yang menetapkan 3 zona pembangunan yaitu: Bagian atas/hulu/Barat untuk kawasan lindung, bagian tengah sebagai kawasan pelayanan umum, dan bagian bawah/hilir/timur sebagai kawasan budidaya kehutanan dan perkebunan.
Untuk sektor kehutanan sebagai salah satu sektor yang sangat erat hubungannya dengan pengelolaan DAS, telah muncul beberapa inisiatif seperti pengembangan hutan adat, hutan kota, wanatani yang kesemuanya itu dilakukan oleh masyarakat. Hanya saja cara-cara yang dikembangkan ini belum sepenuhnya mampu memulihkan kodisi hutan yang telah terlanjut terdegradasi akibat pengelolaan dimasa lampau yang terlalu ekspoitatif.
“Untuk itu ke depan, perlu perubahan pengelolaan hutan dari eksploitasi berlebihan menjadi pengelolaan yang lebih berkelanjutan dengan menempatkan masyarakat sebagai pemegang peran utama dan Jangan wariskan air mata kepada anak cucu namun wariskanlah mata air kepada mereka,” demikian menurut Bupati Sarolangun Hasan Basri Agus dalam melihat potensi dan kelangsungan hutan didaerahnya.
Hasan Basri Agus juga menyepakati pentingnya disusun suatu kebijakan/aturan spesifik yang disusun bersama untuk memperkuat kerangka pengelolaan sumberdaya hutan di daerah yang nantinya dapat memperjelas peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan, berdasarkan potensi, masalah, pengalaman, dan harapan masyarakat. Dalam penyusunan kebijakan ini, juga diharapkan dapat dilakukan secara multipihak, untuk melakukan telaah yang menghasilkan naskah akademik dan menyusun/ merumuskan substansinya.

Terkait pengelolaan sumberdaya hutan di Kabupaten Sarolangun, pemerintah Kabupaten ini, telah meluncurkan Perda nomor 6 tahun 2001 tentang Strategi Pembangunan daerah. Dalam renstra ini telah dicantumkan tiga wilayah pembangunan yaitu, hulu, tengah dan hilir. Tiga wilayah pembangunan, wilayah atas yaitu. Kecamatan Batang Asai, dan Kecamatan Limun sebagai daerah lindung dan memiliki fungsi sebagai daerah tangkapan air, wilayah tengah yaitu kawasan pelayanan umum, jasa, dan pemerintahan; meliputi Kecamatan Pelawan Singkut, Sarolangun dan Batin VIII, dan kawasan pertanian dan agroforest di Kecamatan Air Hitam dan Pauh di wilayah hilir.

Alhasil, karena kepeduliannya kepada sektor hutan dan pelestarian lingkungan, kabupaten sarolangun menerima anugerah menuju Indonesia Hijau dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup karena dinilai berhasil menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.
Program menuju Indonesia Hijau mempunyai tujuan untuk melaksanakan pengawasan kinerja pemerintah kabupaten terhadap penataan peraturan perundang-perundangan di bidang konservasi sumber daya alam dan pengendalian kerusakan lingkungan. Program ini sudah dimulai sejak 12 Juni 2006.
Parameter penilaian dalam pemberian anugerah ini meliputi, tutupan vegetasi berhutan, kesesuaian fungsi kawasan, keanekaragaman hayati, daerah penyangga, peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam lingkunan, manajemen dan penambahan tutupan vegetasi. Kabupaten Sarolangun berhak menerima penghargaan berupa trophy Raksaniyata. Trophy ini sebagai simbol upaya pengendalian kerusakan lingkungan untuk melindungi kehidupan dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Walaupun seperti yang telah kita tahu bahwa Sarolangun telah banyak mencapai peningkatan, Bupati Hasan dengan sportif bahwa daerah yang dipimpinnya masih menghadapi kendala-kendala. Tantangan yang terbesar menurutnya adalah angka pengangguran sekitar 13% dan jumlah angka kemiskinan mencapai 14%. Maka dari itu Bupati Hasan selalu menekankan konsep 8.102, yaitu pengentasan 8.102 KK yang masuk kualifikasi Pra Sejahtera 1.

Kemenangan Rakyat Sarolangun
SAROLANGUN : Hasan Basri Agus-Cek Endra, pasangan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sarolangun, Jambi, hasil pilkada 28 Juni 2006, kini kewalahan menerima undangan syukuran dari warga pendukungnya.
Setelah ditetapkan oleh KPUD Kabupaten Sarolangun sebagai pemenang pilkada dalam sidang pleno Kamis (6/7), di Sorolangun, undangan terus berdatangan dari tokoh masyarakat dan warga setempat untuk mengadakan syukuran,” kata Suhairi, salah seorang anggota tim sukses Hasan-Cek, di Sarolangun, akhir pekan lalu.
“Kami para tim sukses kewalahan dan silih berganti menyambut tamu yang datang menyampaikan undangan syukuran atas kemenangan Pak Hasan-Cek Endra,” katanya. Hasilnya, hampir tiap malam pasangan Bupati dan Wakil Bupati Sarolangun terpilih untuk periode 2006-2011 itu menghadiri undangan dari masyarakat, baik yang digelar di desa maupun di kecamatan.
Sebagai rasa gembira dan syukur atas kemenangan itu, Hasan Basri Agus-Cek Endra pun menyatakan dengan ikhlas dan tak mengenal lelah melayani permintaan masyarakat tersebut. “Tidak menjadi masalah bagi kami, karena kemenangan ini juga kemenangan rakyat Sarolangun,” kata Hasan Basri Agus.
Hasan Basri Agus-Cek Endra meraih suara terbanyak 58.423 suara (53,30 persen) dari 140.186 pemilih. Sementara pasangan Maryadi Syarif (wakil bupati sebelumnya) yang berpasangan dengan Syahroni (Kadis Perindagkop Kota Jambi) hanya memperoleh 33.000 suara (30,3 persen).
Pasangan Imam (pengusaha)-Mardjoni (salah seorang pejabat Kasubdin Disperindagkop Sarolangun) memperoleh 12.100 suara (11,3 persen), dan Mat Neng (Ketua DPRD Sarolangun) berpasangan dengan Tantowi Jauhari (anggota DPRD setempat) memperoleh 6.040 suara (5,50 persen).
Hasan Basri Agus yang sebelumnya menjabat Sekda Kota Jambi itu akan dilantik menjadi Bupati Sarolangun periode 2006-2011 pada tanggal 29 Juli 2006 mendatang. Pasangan ini diusung Partai Golkar, PAN, PKB, PBB, PKS, dan PKPI. Sedang pasangan Maryadi Syarif-Syahroni dicalonkan Partai PDI Perjuangan dan PKPB.
Sidang pleno KPUD Kab. Sarolangun sendiri, Kamis lalu, mendapat pengamanan ketat dari pasukan anti huru-hara dan tim gegana Polda Jambi. Namun hingga acara berakhir tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Sidang pleno yang dipimpin Ketua KPUD Sarolangun Amra Muslim di Sarolangun, juga dihadiri Wakapolda Jambi Kombes Pol Drs Hendra Rukmana, unsur muspika setempat. Pleno berjalan lancar, meski sebelumnya ada kekhawatiran akan ada demo dari para pendukung kandidat cabup/cawabup yang kalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar